Klik gambar untuk memperbesar. Itu obrolan anak arsitek UNPAR 2001 awal kuliah tahun pertama, untuk menghabiskan waktu kuliah yang membosankan-tapi-penting. Fisika Bangunan? Huh. Mekanika Teknik? Huh. Struktur dan Konstruksi? Huh. Teknologi Bahan? Graawgh... Ngomong-ngomong kok tulisan tangan gw pas di situ jelek banget ya?? Nulis aja males, hehe.
Ya ampuun, jadi inget jaman dulu... :) Dulu ngebuat gambar kerja tuh kayanya susah dan mahal banget, musti pake meja & mesin gambar, "penggaris segitiga ajaib", Rotring, kalkir, kertas roti, dan peralatan-peralatan mahal lainnya.
Sekarang tinggal install AutoCAD, dan pekerjaan selesai dalam waktu singkat (pastinya lebih singkat dari kerja manual). Sudah selesai merancang? Silahkan di-plot! Skalanya bisa diatur sesuka hati & dalam ukuran kertas sesuai kebutuhan kita. Rapih dan akurat.
Angkatan gw sih pas awal kuliah dulu termasuk dalam masa transisi dari manual ke komputer. Beruntunglah kalian yang masuk jurusan arsitektur pada zaman ini (entah beruntung entah buntung, ah tapi itu bahasan lain lagi, hahaha internal problem)...
Beberapa hari yang lalu, gw sempet nelpon sobat gw yang udah kerja di Jakarta, dan ngetawain kebodohan-kebodohan kita waktu ngerancangbangun rumah tinggal pas kita masih kuliah tingkat dua (atau tiga? lupa). Proyek pertama kami yang benar-benar akan dibangun dan bukan cuma untuk tugas. Dan -di sini bagian paling menariknya- DIBAYAR TUNAI. Ahaha... :D
Setelah melalui proses debat yang cukup panjang dan alot serta menguras tenaga, keringat, dan air mata... akhirnya desain rumah tinggal dengan luas lahan sekitar 300 meter persegi itu selesai sudah. Tak terbayangkan betapa bangganya kami akan karya terbaik kami saat itu, mengingat status kami yang masih mahasiswa arsitektur tingkat dua. Kami telah berhasil merancang rumah tinggal yang kelak akan dibangun dan ditempati makhluk hidup dalam beberapa bulan ke depan.
Tapi, begitu hasil karya kami dibawa ke lapangan dan mulai dibangun... mulai timbul masalah-masalah "kecil"...
Dan beginilah ceritanya...
Beda di kertas, beda di lapangan. Kami baru menyadari salah satu kesalahan "kecil" yang terdapat pada rancangan kami.
*drum roll please*
WALAH!! Masa kamar asisten-rumah-tangga ukurannya cuma 1.50 x 2.00 meter, gilaaa... Ngga manusiawi, cuma bisa diisi kasur! Udah gitu, begitu ditempati, ternyata kalo ujan pasti aer ujannya tampyas ke kamar itu! OH GOD!
Akhirnya sekarang tiap kali sobat gw ngunjungin sodaranya (proyek ini dari sodara dia), pasti soal kamar asisten-rumah-tangga itu ngga pernah luput untuk disinggung-singgung... Temen gw pun dengan susah payah selalu berusaha mengalihkan pembicaraan ke arah lain dan dapat dibilang usahanya ini seringkali gagal.Haha! Aduh gw ngga bisa berhenti ketawa! Ini aja gw nulisnya sambil ketawa! :D Maafkan kamiii...
Trus lucunya lagi, *drum roll please*, garasi yang kita buat, ternyata kekecilan buat mobil si pemilik yang rada gede (ukuran mobilnya, bukan ukuran si pemilik). Dan tahukah kalian, apa jawaban kita? -technically, jawaban "temen gw" bukan "kita"- :
"Yaa, beli aja Honda Jazz biar muat..."Gw ngga bisa berhenti ketawa lagiii... Dasar cameennn... Tapi aku tetap sayang kamu, sobatku. ;)
Belum lagi, masalah-masalah saat pengecoran dan penyusunan struktur atap yang terkadang muncul, dan ketika kita tanya ke mandornya, "...kok bisa gitu?" Bapak-mandor-yang-terkenal-baik tersebut hanya tersenyum bijak, dan berkata, "Ah tenang saja, itu bisa ditambal kok..."
Tambal-sulam! Benar-benar metode lapangan yang baru kita pelajari saat itu. Ajaibbb. (Tambal-sulam ini semestinya DIHINDARI untuk mencegah penambahan biaya tak perlu -penulis)Sekarang ketawa miris...
Namun begitu rumah tinggal itu selesai dibangun dengan seluruh seluk beluk finishing-nya, tetap saja kami merasa bangga sebangga-bangganya. Membayangkan rumah itu ditempati dan dinikmati dengan nyaman (?) oleh penghuninya merupakan kebanggaan tersendiri untuk para arsitek. (halah)
Sampai sekarang gw masih heran, kok kita bisa dipercaya buat ngurus pembangunan rumah itu. Tapi emang ke depannya kita jadi lebih aware, dan dapat menghindari kesalahan-kesalahan "masa muda", dan pastinya lagi, ngerti tahap-tahap ngebangun rumah tinggal, dari nyariin material yang berkualitas dengan harga termurah, ngawas lapangan, berhadapan dengan mandor & tukang bangunan. Yaa walopun kecil-kecilan sih. Untuk itu, terimakasih untuk Tulang-nya Tari!! :)
Makasii Oom telah mempercayai dan memberikan sebuah pekerjaan mulia kepada kami-yang-hina-dina ini...
Hehehe gw cuma pengen bagi-bagi suka duka kuliah jadi arsitek. Kalau ada yang berpikir jadi arsitek itu gampang dan seluruh kuliahnya asik, alias cuma ngegambar doang, silahkan dicoba sendiri deh.
Intinya sih ngga boleh asal desain, kita juga musti tahu proporsi manusia dan ukuran-ukuran standar kenyamanan dan keamanan dan selanjutnya dan selanjutnya. Kalo engga, yaa ntar jadinya kaya cerita gw tadi. Ehehe... Do not try that at home!!
Yoss.. Bersemangatlah wahai para arsitek!
No comments:
Post a Comment