Saya kangen sama yang namanya survei lokasi.
Latar belakang pendidikan saya sebagai arsitek dan urban designer *yang entah titelnya masih boleh saya sandang apa tidak, hehehe..* menuntut perlunya survei lokasi dan tapak terlebih dahulu untuk mengetahui faktor-faktor yang akan mempengaruhi desain bangunan maupun lansekap.
Sesungguhnya agak absurd buat saya untuk menyukai survei lokasi dan tapak, karena saya adalah orang yang seringkali disorientasi arah. Pengetahuan geografi saya sayangnya ngga sebagus perkiraan orang-orang, hehehe... Anomali.
Terakhir saya melakukan survei, sekaligus jalan-jalan sambil menghasilkan duit, adalah ke Kabupaten Kuantan Singingi. Oh.. Jangan susah-susah membuka peta, soalnya emang belom dicantumin. Letaknya kira-kira 3 jam dengan mobil dari Pekanbaru, Riau. Dinas Tata Kota sana ada rencana mau membuat stadion olahraga berskala internasional, namun sayangnya fasilitas-fasilitas penunjang utama malah belum ada. Yahh inilah gunanya ada urban planner & urban designer, hehehe...
Saat saya ke sana bersama teman saya (yang baru saya kenal kemarinnya, hahaha) dan pimpro untuk melakukan presentasi di Dinas Tata Kota, kebetulan hari itu hari awal puasa.
Teman saya yang non-Muslim terpaksa ikut sahur bareng di hotel, dan selama perjalanan siang bolak-balik mencari warung karena tidak tahan menahan lapar. Berhubung di sana komunitas Muslimnya sangat kental, jarang sekali saya liat ada warung makan yang buka. Sedangkan teman saya tadi sudah gelisah, dan mengeluh berulangkali, "Aduuhh.. Liat nih. Celana saya udah kedodoran karena belum makan..." Ya'elah. Baru juga berapa jam! Sumpah, sedih banget saya ngeliatnya. Hahaha!!
Untungnya beberapa menit ke depan, kami menemukan warung yang buka. Teman saya turun, dan sayangnya balik-balik ke mobil hanya membawa 1 botol Aqua dan 2 bungkus Tango rasa coklat. Hahaha... Ternyata mereka hanya menjual snack-snack ringan, ngga ada makan berat.
Ada lagi pengalaman waktu survei Stasiun Kota Bandung, lagi-lagi ketika bulan puasa.Karena saya dan teman survei saya amat sangat masih muda dan lugu, dari ujung jalan hingga ujung jalan lainnya kami menyusuri trotoar untuk mengambil gambar lingkungan Stasiun Kota. Dua hingga tiga jam kami habiskan untuk memotret suasana lingkungan. Yang sayangnya, amat tidak efektif karena hanya sedikit yang layak digunakan dalam tugas kami.
Sepanjang kegiatan foto-foto survei itu kami habiskan dengan mengobrol agar tetap semangat. Entah karena sudah terlalu capai, atau salah mendengar, saat saya tanya temen saya, "Mbak, mbak anak keberapa dari berapa bersaudara sih?" Dan kemudian dijawab dengan lugas dan tegas, "Oh aku ini anak kelima dari empat bersaudara." Hee??!! Hwahahaha...
Dan faktor bahasa amat mempengaruhi dalam kelancaran survei! Ketika saya dkk survei di daerah Pecinan Lama di Bandung, begitu sang Lurah diajak ngobrol dengan bahasa Sunda oleh temen saya, dia langsung dengan semangat memberikan data-data yang dibutuhkan. Padahal sebelumnya waktu diajak ngobrol dengan bahasa Indonesia, dia adem ayem aja.
Setelah saya pikir-pikir lagi, mungkin saya tidak terlalu menyukai survei, tapi saya menyukai suasana kerjasama yang seringkali dialami saat sedang survei.
Atau jangan-jangan saya hanya suka suasana jalan-jalannya??
Only God knows... Hehehe...
*Gambar dipinjam dari sxc.hu
Sunday, 22 February 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment