Sedikit Tentang Saya
Perlu dijelaskan dari awal, bahwa saya adalah tipe orang yang memiliki banyak ketertarikan dalam mempelajari suatu bidang baru, terutama dalam lingkup seni dan desain. Perlu saya tekankan juga pada kata "mempelajari", bukan "menekuni". It's a gift, ...and a curse. Just like Monk said.
Semasa kecil saya sudah sempat mencoba dan menyukai beberapa bidang, yang paling menonjol saat itu adalah menggambar dan menulis. Hmm. Terutama menggambar.
Beruntungnya saya memiliki orangtua yang mendukung saya dalam mengeksplor bidang-bidang tersebut, walaupun kebanyakan berhenti di tengah jalan karena saya merasa tidak suka akan rutinitas pergi ke les (yaiks!).
Saat SMA, saya mulai tertarik untuk mendalami web design. Waktu itu alasannya sepele, teman saya pintar membuat website dan saya tertantang untuk mengunggulinya (hayah!). Berbekal Adobe Photoshop 5.5 dan FrontPage (dan kertas dan pensil), saya mencoba untuk membuat website saya sendiri. Dan voila! Jadilah website portfolio ilustrasi saya (dulu deviantart belum terkenal, serta Yahoo! dan Altavista masih merupakan mesin pencari favorit). Sayang sekarang website tersebut sudah ditelan jagad maya karena tidak pernah di-update. Ada juga website kelas SMA saya dulu sebagai proyek percobaan, link-nya juga masih hidup, tapi yahhh... mari kita lupakan saja, hehehe...
Dari sana, saya sempat terpikir untuk memilih program desain komunikasi visual. Tapi karena kakak saya sudah mengambil jurusan tersebut, saya memutuskan untuk mengambil bidang yang lain. Alasan yang aneh, tapi yahhh... Diversity's rocks, rite?
Cita-Cita Saya
Saya tidak ingat sejak kapan tepatnya saya mulai bercita-cita untuk bekerja dari rumah dan tidak terkekang oleh rutinitas kerja 9-to-5, yang pada umumnya menghabiskan sebagian waktu hidup di tengah jalan hanya untuk pulang-pergi ke kantor, belum lagi kalau ada lembur di akhir pekan. No offense here, it's just not my cup of tea.
Itulah salah satu alasan mengapa saya dulu mengambil studi arsitektur: agar dapat bekerja dari rumah. Namun seiring berjalannya waktu, ternyata saya menemukan bahwa arsitektur bukanlah passion saya. Jujur, saya menyukai ilmunya, saya menyukai perkuliahannya, namun untuk menjadi profesional dalam bidang tersebut tampaknya bukan jalan dan minat saya.
Setelah program sarjana saya selesai, saya melanjutkan studi saya dengan mengambil bidang perancangan kota. Dengan alasan yang sama: ingin mencoba bidang baru, belajar planologi. Awalnya amat sulit untuk saya, karena saya benar-benar buta dengan ilmu tersebut, apalagi saya sempat mendapatkan beberapa kesulitan saat mengerjakan thesis. Namun dari pengalaman tersebut saya berhasil membuktikan bahwa "what doesn't kill you makes you stronger". Dari lingkungan ini, saya beruntung karena mendapatkan banyak teman dan relasi baru (dan beberapa proyek, yayy!!).
Setelah menyelesaikan studi, saya sempat mendapat pekerjaan yang mendekati apa yang saya inginkan: Bidang kerja yang masih dalam lingkup desain (walaupun berbeda bidang lagi!); atasan yang sabar dan baik; teman-teman kerja yang menyenangkan; jarang ada lembur; serta gaji dan bonus yang cukup memadai (!). Namun sayangnya lokasi kantor yang jauh dari rumah mengharuskan saya untuk menetap sementara di sana, terutama karena saya tidak mau menghabiskan waktu hanya untuk commute. Hal ini menyebabkan hanya pada akhir pekan saja saya dapat pulang ke rumah.
Pertamanya memang cukup seru, tapi lama kelamaan saya merasa sebagian waktu saya habis untuk bekerja, sehingga waktu saya untuk berkumpul dengan keluarga dan teman-teman dekat berkurang dratis. Bukannya saya mengeluh dan tidak bersyukur, tapi hati kecil saya mengatakan bahwa ini bukanlah cita-cita saya.
Dua tahun kemudian. Setelah berpikir panjang dan lamaaa, dan karena kebetulan saat itu juga terdesak oleh beberapa alasan lain, akhirnya saya memutuskan untuk keluar dari pekerjaan tersebut. Sekaligus agar saya dapat mengeksplor keahlian-keahlian lain yang ingin saya coba. Namun rupanya saat itu situasi dan kondisi belum mengijinkan saya untuk langsung fokus meraih "cita-cita" saya. Beberapa langkah sudah ditempuh, beberapa fasilitas sudah tersedia, tapi semuanya masih setengah-setengah.
Sampai sekitar seminggu yang lalu, saat sedang berselancar di dunia maya sambil mengumpulkan resources, saya menemukan satu artikel menarik: 30 Days to Become a Freelancer. A practical steps to become a freelancer.
Lengkapnya begini:
"The program is designed to be completed while you are working full-time, either by dedicating a couple of hours in the evening or mornings, or working on the program over the weekend. It should be combined with daily hands-on practice in the skill you want to freelance in, particularly if you are a novice in that skill. If you are a novice, don’t delay the program until you feel you are ‘good’ enough. The emphasis is on selling a very specific skill that you can become good at in a short period of time. 30 days practicing one hour a day is more than enough time to develop a specific service that you are good enough at to sell."Saya langsung *TRING!* (baca: terinspirasi)
Hmm, satu atau beberapa jam sehari tampaknya masih masuk di akal.
Okay, tampaknya ini tanda buat saya untuk mulai serius meraih apa yang saya inginkan. Kalau tidak sekarang, kapan lagi? Sekarang, tepat 5 bulan setelah saya resign (ngga tepat-tepat amat juga sih), saya akan mulai bertindak.
Dimulai besok, tanggal 9 Agustus 2010, saya akan menulis satu posting setiap harinya selama tigapuluh hari. Jurnal ini juga sebagai catatan serta pengingat saya agar tetap termotivasi dan berkomitmen terhadap apa yang saya tulis.
Semoga di hari ketigapuluh semuanya selesai dengan memuaskan.
Wish me luck guys!
*crossing fingers*
SMA kelas berapa jenq?
ReplyDeleteKelas 3 awal kalo ga salah inget, hmmm mungkin tahun 2000 awal. (Hah?! Udah 10 tahun yang lalu! Astaga, jadi merasa tua... Hehehe...)
ReplyDelete